Kamis, 19 Desember 2013

Jembatan Saintis dan Sosialis

Ilmu sains dan sosial adalah dua hal yang berbeda secara  objek, cara pandang, ruang lingkup, serta orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Ilmu sains mempunyai objek berupa sesuatu yang bersifat ilmiah, baik itu hidup ataupun tidak, terlihat ataupun fana. Sains mempelajari tentang apa yang ada di kehidupan alam, makhluk-makhluk beserta seluk beluknya, unsur-unsur, ataupun hitungan terhadapnya. Para saintis seperti Insinyur, peneliti, memandang ilmu sains sebagai rumpun ilmu yang dibutuhkan dengan analisis pemikiran  dan berbagai percobaan demi menciptakan suatu produk manfaat bagi manusia. Cara mereka menyerap ilmu cenderung menerima apa adanya teori-teori yang telah ditemukan ilmuwan sebelumnya, baru dikembangkan. Orang-orang yangberkecimpung di dalam sains kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai ketahanan kerja dalam analisis dan keruntutan.
Di sisi lain, Ilmu sosial mempunyai objek berupa manusia itu sendiri. Sosial mempelajari apa yang dilakukan manusia dan hubungannya antar manusia, pola-pola dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat, bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya, dsb. Sosialis mempunyai cara pandang dari berbagai sudut, yang terkesan tidak pasti. Untuk mendapatkan informasi, sosialis terjun langsung ke lapangan, berinteraksi dengan manusia langsung. Orang-orang yang berkecimpung di dunia sosial kebanyakan mempunyai pikiran lebih bebas dari saintis. Karena berhubungan dengan manusia, banyak taktik-taktik yang diterapkan baik itu membangun ataupun menjatuhkan.
Dari pemaparan di atas, kesannya sains dan sosial adalah dua hal yang berbeda dan tidak ada penghubungnya. Keduanya seperti mempunyai dua dunia yang berbeda konteks. Seharusnya terdapat kesinambungan terhadap keduanya. Manusia menciptakan dan mengembangkan sains demi kebutuhan manusia. Kemudian manusia yang lain mengatur penggunaan barang dan manusianya. Seharusnya Sains dan Sosial saling terkait demi menciptakan
Tetapi terkadang terjadi ketidak sependapatan antara Saintis dan Sosialis dalam memandang suatu permasalahan. Seperti yang baru saya pahami beberapa waktu yang lalu, ada permasalahan pencemaran lingkungan yang diindikasi akibat ulah pembuangan limbah PT Newmont ke dasar (Tailing) Laut Bayat, Minahasa. Pada tahun 1995 para LSM dan warga sekitar demo ke pemerintah akibat ada penyakit yang sama seperti di Danau Minamata Jepang, dan ada bayi yang meninggal. Mereka bergejolak bahwa pembuangan yang mereka lakukan telah mencemari Teluk Bayat. Aktifitas pertambangan juga menyebabkan pencemaran air tanah sehingga masyarakat harus membayar lebih untuk air bersih. Usaha tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat atau yg dikenal dengan istilah CSR dinilai tidak benar-benar mensejahterakan masyarakat dan menyebabkan masalah baru.
PT. Newmont tentu saja mengelak karena menurut mereka pembuangan yang dilakukan sudah sesuai standar aman pembuangan yang diizinkan. Kasus tersebut masuk ke pengadilan hingga sekitar 15 tahun dan selesai setelah beberapa riset dari berbagai pihak yang tidak menunjukkan indikasi bahwa terjadi pencemaran. Kadar material yang LSM dan masyarakat umbarkan  berbahaya, ternyata mempunyai kadar dibawah standar maksimal. Kadarnya jauh dari yang terjadi di Danau Minamata.
Ketidak sepahaman antara sosialis dan saintis mungkin disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan cara memandang suatu masalah. Seperti pada kasus di atas, para sosialis memandang bahwa pembuangan limbah penambangan menjadi berbahaya bagi masyarakat sekitar bahkan menyebabkan pasokan jumlah air tanah berkurang. Padahal kenyataannya sebaliknya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan para sosialis tentang hal-hal yang benar-benar terjadi di lapangan. Mereka hanya mendengar isu-isu yang disebarkan dari media cetak, atau bahkan isu yang mereka buat sendiri. Bisa jadi kesalahan terletak pada pihak saintis yang kurang mensosialisasikan apa yang mereka kerjakan. Apa yang benar-benar terjadi disana tidak dipublikasikan dengan baik karena menganggap bahwa masyarakat luas tidak perlu mengetahui hal-hal mendetail yang mungkin masyarakat awam tidak akan mengerti. Program CSR sebenarnya sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, hanya perlu dikomunikasikan pada masyarakat luas terutama diluar daerah sekitar pertambangan.

Sebenarnya antara kedua dunia yang berbeda itu terdapat suatu kesinambungan. Dibutuhkan keinginan para saintis dan sosialis untuk menjembatani dunia antara mereka agar tercipta keharmonisan kehidupan.

Selasa, 17 September 2013

cerita dibalik OSN #1



OSN? Apa tuh? Cari aja di google sendiri ya. Hehehe enggak enggak, gue engga se-sarcasm itu kok. Gue adalah orang yang sangat baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. -_- #skip. Kali ini gue bakal  membahas segala hal tentang dunia per-OSN-an yang baru di SMA ini gue kenal dan gue geluti. Engga ada maksud sombong dan pamer di dalamnya. Hanya bermaksud ngeshare, kali aja ada yang terinspirasi terus jadi pengen ikut OSN terus ikut OSK terus lolos OSP terus terus….


OSN itu kependekan dari Olimpiade Sains Nasional. Ini adalah salah satu ajang bergengsi buat seluruh pelajar di Indonesia dalam bidang akademis khususnya. OSN tingkat SMA punya 9 bidang yang dilombain, ada Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Ekonomi, Kebumian, Astronomi, dan Geografi. Untuk mencapai OSN, siswa-siswi di seluruuh Indonesia yang mau ikutan, harus diseleksi dulu dari tingkat sekolah, terus kota, provinsi, baru deh nasional. Setelah sampe Nasional, bocah bocah yang dapet medali dan yang beruntung lolos tahap-tahap seleksi nasional, bakal ikut olimpiade internasional.


Di sekolah gue, ada sebuah ekskul yang berkecimpung di dalam dunia per-OSN-an dan segala macam lomba akademik. Namanya adalah Student Club (SC). Ini dulunya tuh bukan ekskul, dulu Cuma sebatas tim olimpiade yang disaring sekolah kayak biasa. Tapi semenjak tahun sekian *gatau* dibentuklah perkumpulan a.k.a. ekskul yang bener-bener serius di bidang ini. Sounds weird, huh? Gue tebak, pasti yang terbesit di pikiran kalian pertama kali adalah kumpulan orang-orang kutu buku yang kerjaannya di depan buku mulu seharian, dan anti sosial. Walaupun engga salah juga, tapi sebagian besar anggota SC itu isinya pengurus organisasi, panitia ini-itu, anak ekskul seni, dll. Mereka adalah orang-orang yang bisa membagi waktunya dalam berbagai bidang. :D


Okay, let’s back to 2 years ago….

-bersambung-