Ilmu
sains dan sosial adalah dua hal yang berbeda secara objek, cara pandang, ruang lingkup, serta
orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Ilmu sains mempunyai objek berupa
sesuatu yang bersifat ilmiah, baik itu hidup ataupun tidak, terlihat ataupun
fana. Sains mempelajari tentang apa yang ada di kehidupan alam, makhluk-makhluk
beserta seluk beluknya, unsur-unsur, ataupun hitungan terhadapnya. Para saintis
seperti Insinyur, peneliti, memandang ilmu sains sebagai rumpun ilmu yang
dibutuhkan dengan analisis pemikiran dan
berbagai percobaan demi menciptakan suatu produk manfaat bagi manusia. Cara
mereka menyerap ilmu cenderung menerima apa adanya teori-teori yang telah
ditemukan ilmuwan sebelumnya, baru dikembangkan. Orang-orang yangberkecimpung
di dalam sains kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai ketahanan kerja
dalam analisis dan keruntutan.
Di
sisi lain, Ilmu sosial mempunyai objek berupa manusia itu sendiri. Sosial
mempelajari apa yang dilakukan manusia dan hubungannya antar manusia, pola-pola
dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat, bagaimana manusia memenuhi
kebutuhannya, dsb. Sosialis mempunyai cara pandang dari berbagai sudut, yang terkesan
tidak pasti. Untuk mendapatkan informasi, sosialis terjun langsung ke lapangan,
berinteraksi dengan manusia langsung. Orang-orang yang berkecimpung di dunia
sosial kebanyakan mempunyai pikiran lebih bebas dari saintis. Karena
berhubungan dengan manusia, banyak taktik-taktik yang diterapkan baik itu
membangun ataupun menjatuhkan.
Dari
pemaparan di atas, kesannya sains dan
sosial adalah dua hal yang berbeda dan tidak ada penghubungnya. Keduanya
seperti mempunyai dua dunia yang berbeda konteks. Seharusnya terdapat
kesinambungan terhadap keduanya. Manusia menciptakan dan mengembangkan sains
demi kebutuhan manusia. Kemudian manusia yang lain mengatur penggunaan barang
dan manusianya. Seharusnya Sains dan Sosial saling terkait demi menciptakan
Tetapi
terkadang terjadi ketidak sependapatan antara Saintis dan Sosialis dalam
memandang suatu permasalahan. Seperti yang baru saya pahami beberapa waktu yang
lalu, ada permasalahan pencemaran lingkungan yang diindikasi akibat ulah
pembuangan limbah PT Newmont ke dasar (Tailing)
Laut Bayat, Minahasa. Pada tahun 1995 para LSM dan warga sekitar demo ke
pemerintah akibat ada penyakit yang sama seperti di Danau Minamata Jepang, dan
ada bayi yang meninggal. Mereka bergejolak bahwa pembuangan yang mereka lakukan
telah mencemari Teluk Bayat. Aktifitas pertambangan juga menyebabkan pencemaran
air tanah sehingga masyarakat harus membayar lebih untuk air bersih. Usaha
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat atau yg dikenal dengan istilah CSR dinilai tidak benar-benar
mensejahterakan masyarakat dan menyebabkan masalah baru.
PT.
Newmont tentu saja mengelak karena menurut mereka pembuangan yang dilakukan
sudah sesuai standar aman pembuangan yang diizinkan. Kasus tersebut masuk ke
pengadilan hingga sekitar 15 tahun dan selesai setelah beberapa riset dari
berbagai pihak yang tidak menunjukkan indikasi bahwa terjadi pencemaran. Kadar
material yang LSM dan masyarakat umbarkan berbahaya, ternyata mempunyai kadar dibawah
standar maksimal. Kadarnya jauh dari yang terjadi di Danau Minamata.
Ketidak
sepahaman antara sosialis dan saintis mungkin disebabkan oleh perbedaan
pengetahuan dan cara memandang suatu masalah. Seperti pada kasus di atas, para
sosialis memandang bahwa pembuangan limbah penambangan menjadi berbahaya bagi
masyarakat sekitar bahkan menyebabkan pasokan jumlah air tanah berkurang.
Padahal kenyataannya sebaliknya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya
pengetahuan para sosialis tentang hal-hal yang benar-benar terjadi di lapangan.
Mereka hanya mendengar isu-isu yang disebarkan dari media cetak, atau bahkan
isu yang mereka buat sendiri. Bisa jadi kesalahan terletak pada pihak saintis
yang kurang mensosialisasikan apa yang mereka kerjakan. Apa yang benar-benar
terjadi disana tidak dipublikasikan dengan baik karena menganggap bahwa
masyarakat luas tidak perlu mengetahui hal-hal mendetail yang mungkin
masyarakat awam tidak akan mengerti. Program CSR sebenarnya sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan,
hanya perlu dikomunikasikan pada masyarakat luas terutama diluar daerah sekitar
pertambangan.
Sebenarnya
antara kedua dunia yang berbeda itu terdapat suatu kesinambungan. Dibutuhkan
keinginan para saintis dan sosialis untuk menjembatani dunia antara mereka agar
tercipta keharmonisan kehidupan.