Rabu, 24 Februari 2016

Dongeng Geologi : Tanjung Bumi - Pamekasan

Halo! Kali ini aku mau meng-upload sesuatu yang agak serius. Yap. Aku bakal menceritakan bagaimana sih suatu daerah bisa terbentuk hingga seperti sekarang ini. Kali ini aku akan memilih tempat tinggal orang tuaku saat ini, yaitu Pamekasan.

Pamekasan adalah salah satu kota di Pulau Madura. Jika ditempuh dari Surabaya memerlukan waktu sekitar 3 jam perjalanan lho! Daerahnya, panas-panas gitu deh.

Gambar di atas adalah peta geologi lembar Tanjung Bumi – Pamekasan yang diambil dari Pusat Studi Geologi. Peta di atas punya skala 1:100.000. Maksudnya apa? Jadi 1 cm di peta menggambarkan 100.000 cm di lapangan. Peta Geologi, menggambarkan batuan apa saja yang saat ini tersingkap di permukaan.

Oke, bersiap ya.

Pada awalnya daerah pada peta merupakan lingkungan laut dangkal. Ditunjukkan dengan diendapkan batulempung bersisipan batupasir, batugamping, dan konglomerat. Formasi ini dinamakan Formasi Tawun dan diendapkan pada awal kala Miosen Tengah. Lalu muka air laut mengalami penurunan pada pertengahan kala Miosen Tengah. Hal ini ditunjukkan dengan ukuran butir pada Formasi Ngrayong yang berubah menjadi batupasir. Lingkungan pengendapan formasi Ngrayong masih merupakan lingkungan laut dangkal.

Pada akhir kala Miosen Tengah air laut mengalami penaikan dan kemungkinan hampir tidak ada supply silisiklastik. Perselingan batugamping dan napal terbentuk di bagian utara saja dan tidak ada batas erosi dengan formasi Ngrayong. Formasi ini dinamakan Formasi Bulu. Pada kala Miosen Akhir terendapkan napal pasiran dengan batugamping lempungan dan batugamping pasiran secara berseling yang dinamakan Formasi Pasean.

Pada ¾ dari kala Miosen Akhir, muka air laut mengalami penurunan dan menyingkapkan Formasi Pasean. Hal ini mengakibatkan formasi Pasean tererosi (kecuali bagian timur). Pada akhir kala Miosen Akhir sampai Pliosen, muka air laut mengalami kenaikan dan diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal dan batugamping terumbu pejal. Formasi ini dinamakan Formasi Madura.

Pada kala Pleistosen, air laut mengalami penurunan drastis sehingga menyingkapkan daerah tersebut menjadi daratan. Batas atas formasi Madura tererosi dan terendapkan batulempung, batupasir kuarsa dan konglomerat. Formasi ini dinamakan Formasi Pamekasan.

Pada akhir kala Pleistosen, daerah ini mengalami tektonik cenderung arah utara-selatan yang mengakibatkan perlipatan dan terbentuknya Pulau Madura. Pada kala holosen terendapkan endapan alluvium dan terumbu koral.

Nah, begitu deh dongengnya bagaimana daerah pamekasan bisa terbentuk. Pusing ya? Yaa that’s geologist’s work. Memodelkan apa yang tidak tersingkap di dalam bumi untuk diambil manfaatnya. Kalau ada yang salah atau ada yg mau ditanyakan sila komen di bawah.

Geologi? Sampai Mati

Selasa, 16 Februari 2016

Setitik Embun di Pipi Eliana


Eliana, begitu panggilannya. Eliana adalah gadis mungil yang tinggal di sebuah kota kecil bernama Ngayog. Eliana merantau untuk menempuh sekolah yang begitu ia idamkan.

Suatu saat, Eliana tak sengaja bertemu dengan seseorang. Edger, adalah orang yang ia temui tatkala ia sedang mengikuti kegiatan pelatihan di sekolahnya. Awalnya Eliana tidak merasa apapun saat bertemu dengan Edger. Tapi entah mengapa Eliana menangkap suatu sinyal yang mungkin hanya dijelaskan dengan bahasa kalbu.

Edger pun perlahan mulai mendekati Eliana. Perlahan namun pasti, Edger terus mendekati Eliana hingga pada akhirnya Edger mengutarakan maksud dan isi hatinya.

“Eliana, aku begitu mencintaimu. Aku ada niat baik kepadamu, aku ingin ke rumahmu, menemui ayahmu. Namun apalah daya. Kita masih harus menyelesaikan sekolah ini, Eliana. Kita harus menyelesaikan tanggung jawab kita terlebih dahulu.”

Eliana terkejut. Belum lama ia mengenal Edger, namun Edger langsung mengutarakan isi hati dan visi hidupnya dengan jelas dan pasti. Eliana merasa ragu. Bagaimana bisa, orang yang baru ia kenal, sudah memiliki angan setinggi angkasa dan mau berjuang untuk gadis serendah palung mariana.

Hari demi hari, Eliana banyak menghabiskan waktu bersama Edger. Di setiap pertemuan, pada akhirnya rasa Eliana terhadap Edger semakin bertambah. Eliana semakin cinta kepada Edger. Eliana semakin yakin bahwa Edger akan menuntun dia menuju-Nya.

Suatu saat, Eliana dan Edger membuat janji untuk bertemu. Mereka sudah menentukan tepat pukul 7 malam pada hari itu di sebuah café di pinggir kota. Sore itu kota Ngayog diguyur hujan cukup deras dengan konstannya.

“Aku sedikit telat ya”. ujar Edger
“Baiklah”.

Petang itu, Eliana memutuskan menghabiskan waktu petangnya di Mushala sekolahnya sambil menunggu Edger. Sore itu Eliana merasa sangat syahdu dengan suasana mushala tak berpintu itu. Tenang, serasa dekat sekali dengan Allah. Eliana merasakan jiwa yang begitu damai, serasa Allah begitu dekat dengannya petang itu.

Jam dinding berdetak, hingga waktu menunjukkan sudah pukul 7. Eliana pun bergegas menuju tempat dimana ia membuat janji dengan Edger. Di perjalanan, ia melihat mata air. Sesaat Eliana mengambil air itu dan menyimpan ke botol untuk bekal di perjalanan.

Tak lama setelah itu, Edger mengirim pesan singkat kepada Eliana.

“Aku tak menemukan tempatnya. Kamu dimana, El?”
“Aku masih di sekitar sekolah”
“Yaampun kita kan janjian jam 7. Kenapa kamu tidak menunggu di tempat kita janjian? Aku sudah hujan-hujan-an dan kukebut sepedaku sekencang-kencangnya agar telatku tak membuatmu menunggu lama, sedang ternyata kamu masih di sana? Sudahlah, ku sudah malas! Kita batalkan saja!”

Eliana tersentak. Hatinya langsung bermendungan bak langit yang menitikkan air matanya malam itu. Dikayuhnya sepedanya sekencang-kencangnya agar Edger tak larut dalam marahnya. Begitu terburu-buru, hingga Eliana hampir menabrak gerobak tua penjual nasi.

Sesampainya di café, Eliana langsung memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju tempat Edger duduk. Tak berani Eliana memandangnya karena begitu takut dan sedih. Runyam. Seakan Eliana adalah tersangka paling bersalah di bumi saat itu. Suasana hatinya sangat tidak karuan.

Tak berapa lama mereka terdiam, Edger langsung menawarkan minuman kepada Eliana. Eliana hanya mengangguk. Edger mengajak obrol Eliana dengan suara yang tidak sama sekali menunjukkan bahwa ia sedang marah. Ia jelaskan peristiwa yang baru saja mereka alami dengan halus. Eliana hanya tertunduk. Dan seketika Edger mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Mawar.

Edger memberikan Eliana setangkai bunga mawar berwarna peach. Edger menembus badai hanya demi mendapatkan setangkai kesukaan Eliana. Eliana terharu. Tapi ia tak bisa menghilangkan rasa bersalahnya kepada Edger. Mengapa Edger terlalu baik untuk Eliana, pikirnya.

Sepanjang percakapan Edger terus mengajak obrol Eliana untuk menenangkan suasana. Namun Eliana tetaplah Eliana. Ia tetap tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya kepada Edger. Dan hampir saja Eliana menitikkan embun di pipinya.

Satu jam berlalu, dan Edger pun harus kembali ke rumahnya untuk menjalankan agenda rutin. Eliana tetap tidak bisa menghilangkan wajah sedihnya. Ketika mengayuh sepedanya, Ia terpikirkan sesuatu. Eliana seakan teringat memori beberapa tahun silam saat ia masih bersekolah dasar.

Ibu dan ayah Eliana dahulu menikah muda. Sebagai anak pertama, Eliana dididik dengan keras. Ia sering dimarahi, dihukum, dan tak jarang ia melihat pertengkaran antara ayah dan ibunya. Eliana sering menangis saat kecil. Entah karena dimarahi orang tuanya, atau sekedar diganggu oleh teman-temannya.

Eliana tersadarkan, mungkin masa kecil itulah yang membuat Eliana se-melankolis itu. Ia dibesarkan dengan didikan orang tuanya yang begitu keras. Dan ia dibiarkan mempunyai kebiasaan menangis saat ia tak mampu mengontrol emosinya. Kita tidak bisa menyalahkan masa lalu, karena ia tetap akan tinggal pada yang lalu. Padahal Eliana sudah dewasa, harusnya Eliana bisa belajar.

Eliana pun sadar, bahwa memang perilakunya terhadap Edger salah. Tidak terbatas pada Edger, Eliana takut sikapnya itu akan berdampak ke orang lain yang mungkin tidak akan se-frontal Edger dalam mengungkapkannya.


Eliana, tidak ingin kehilangan orang yang sudah disayang Allah dan dipilihkan untuknya.

Sabtu, 30 Januari 2016

Titik Balik sebuah Kebiasaan Lama


Postingan di atas saya pos di akun line saya pada bulan November 2015 silam. Siapa yang sangka, tulisan pertama saya yang berlandaskan azas keisengan itu berhasil meraup like yang hampir mencapai 1000 orang!

Sore itu, saya sedikit terburu-buru menaiki kereta karena saya makan terlebih dahulu di salah satu tempat makan di stasiun. Memasuki gerbong, suasana kereta persis sebagaimana yang saya ceritakan pada postingan saya di atas. Entah bisikan dari mana yang sedang mengilhami saya, tiba-tiba saya tergerak untuk menuliskan apa yang saya amati sore itu.

Saya menuliskan apa yang saya rasakan dengan penuh haru! Bahkan saat saya belum selesai menulis, ada saja hal-hal menakjubkan yang memperindah cerita yang saya tulis di postingan tersebut. Setelah semua yang saya rasakan selesai saya tulis, saya sesegera mungkin mengepost tulisan saya ke timeline. Dalam hitungan detik, postingan saya sudah di like oleh banyak orang! Alhamdulillah :”)

Senang rasanya membagi kebahagiaan yang saya dapat sore itu ke banyak orang. Saya ingin semua orang tahu, bahwa bahagia bisa didapatkan sesederhana mensyukuri hikmah yang bisa kita tangkap. :”)
Tidak hanya sebatas like pada postingan saya, apresiasi datang dari guru sekolah yang duduk di kursi depan kursi saya.

“Mbak, Mbak yang nulis ini ya? *menunjukkan HP nya*”
“Hehe, Iya Bu”
“Mbaknya penulis ya?”
“Wah engga kok Bu. Ini cuma iseng tadi”
“Kapan-kapan boleh loh kalo main ke Depok mengisi kelas Inspirasi untuk anak SD ini. Biasanya dilakukan di hari senin”.
“Oh Iya Bu kapan-kapan ya”.

Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan? :”)

Saya begitu bahagia sore itu. Bahagiaa sekali. Seakan semangat untuk membagi pengalaman yang saya dapat dengan tulisan meningkat drastis. Ada sesuatu yang merasuk ke jiwa saya. Ya, saat itulah titik dimana saya mulai semangat lagi untuk menulis. Namun saya memilih platform line sebagai media saya menuangkan tulisan. Maka dari itu, blog saya sepi ya? Hehe

“Menulis bermakna lebih dari sekedar menuangkan kata-kata indah pada setiap halamannya.
Seni dari menulis ialah membagikan seluruh jiwamu, rasamu, kepada dunia” –anonim-


Selamat datang kembali, kebiasaan lama J

Sabtu, 20 Juni 2015

Fieldtrip Berbesi Gipsum #1


 Field trip. (n)
Field = lapangan
Trip = perjalanan
adalah kegiatan kunjungan ke lapangan, yang bertujuan untuk melihat secara hal-hal yang selama ini dipelajari di ruang kelas.

Hai! Rasanya sudah lama sekali tidak meng-update blog ini. Nah kali ini gue punya posting tentang pengalaman hidup yang cukup membawa beberapa perubahan di aspek kehidupan gue.

Kok bisa?

~reverse to 7 months ago~

Kala itu, gue dan beberapa temen seangkatan di jurusan merencanakan mengadakan field trip mandiri. Bermodalkan iseng mengisi waktu luang di sela sela waktu UAS, sekaligus mempersiapkan diri sebelum field trip resmi praktikum. Satriyo, ketua angkatan kami, menjadi guide di hari itu. Dia sudah mengerti sekali seluk beluk tempat geologi kece di sekitaran Jogja.
Kami berkumpul di Grha Sabha Pramana sebelum melakukan perjalanan. Tanpa memikirkan bagaimana medannya, sejauh apa jarak tempuhnya, gue enjoy aja make rok dan sepatu kets. Yang lain, kece dengan berbagai sepatu dan pakaian bermerek R*i atau Ei*er nya. Ada juga yang bermodal plus plus, semua alat geologi dia punya. Mulai dari palu untuk batuan beku, batuan sedimen, kamera anti air, head lamp, bahkan jas hujan seharga 500 ribu. Modal sekali dia.
Sebelum berangkat, kami berdoa terlebih dahulu agar perjalanan kali ini lancar. Selepas berdoa, kami menaiki motor masing-masing dan bersiap-siap.

“Mel, kamu boncengan sama Via?”
“Iyaa”.
“Sama cowo aja yaa? Kasian lhoo jauh ntar perjalanannya”
“Ngga deh, masih kuat kok. Ntar aja kalo udah capek”.

Diyan, salah satu temen gue, nanya kek gitu sekitar 2 kali selama persiapan keberangkatan. Dan jawaban gue masih sama. Enggak. Ya di kala itu masih straight banget sama prinsip.

“Selagi masih bisa nyetir sendiri, kenapa harus diboncengin cowo”.

Saat kami semua sudah siap berangkat, ternyata teman kami yang paling bermodal tadi, lupa membawa helm. Akhirnya sekitar 3 motor dari kami mencari helm, sekaligus menambal ban. Sempat terbesit dalam pikiran “Apa ganti celana aja ya, kayaknya ribet deh pake rok”. Namun sayang, gumaman ini gue hirauin karna sebuah “prinsip”.
Setelah kami semua siap, kami pun berangkat menuju tempat field trip pertama. Di perjalanan, kami terpisah menjadi 2 rombongan. Rombongan Satriyo dan rombongan-yang-tersesat. Di sela sela saat kami berpisah, badan gue mulai lelah. Gue titipin temen yang tadi gue bonceng, sebut saja namanya Via, ke yang boncengan di motornya kosong. Setelah berputar-putar hingga berkilo-kilo meter, kesasar, dan tak tentu arah, akhirnya kami menemukan tempat field trip kami juga.
Tempat pertama yaitu daerah Watu Adeg, Berbah, Sleman. Daerahnya hanya berupa pinggir sungai, dimana sisi barat ada batuan beku, dan di sisi timur ada batuan sedimen. Disana kami diajarin gimana bisa beda bentuk batuan dalam padahal ada di satu daerah, gimana ngukur pelapisan batuan sedimen, dll. Setelah puas dengan materi dan berfoto-foto, kami naik ke tempat yang lebih tinggi namun tak jauh dari situ. Medan yang kami lalui terjal banget, banyak bongkahnya, dan berpasir. Awalnya gue dan motor F*t tahun 2006 gue terasa cukup jago melewati medan tersebut. Di lokasi kedua itu, kami ngeliat batuan piroklastik, hasil letusan eksplosif dari gunung api.

Foto lokasi 1. (abaikan komuk temen-temen gue). Di bagian seberang ada batuan sedimen. Di tempat yang kami injak ada bekas aliran lava yang sudah membatu

Setelah  puas dengan lokasi dua, kami caw menuju lokasi 3. Sebelum itu, kami berhenti di balai desa setempat dan membeli beberapa makanan dan minuman di Indoma***. Setelah lapar dan dahaga cukup terobati, kami melanjutkan perjalanan.
Perjalanan terasa biasa saja. Perkotaan, dengan jalanan relatif datar. Hingga akhirnya kami memasuki suatu bukit dimana lembah bukitnya masih menanjak kecil elevasinya. Temen gue yang bermodal tadi, sebut saja Daniel, dibonceng sama Zharfan. Mereka berdua sama-sama memiliki ukuran tubuh diluar rata-rata. Gendut, jahatnya . Motor mereka tak sanggup untuk menaiki jalanan yang mulai menanjak. Makanya, Daniel turun dari motor dan jalan pelan-pelan. Gue yang ada di paling belakang, enggak sengaja hampir menabrak Daniel. Karena gak tega hampir nabrak dan gak tega ninggalin mereka tertinggal di belakang, gue nyetir mengiringi mereka.

“Niel, udah naik ke motor aja nge-gas nya pelan-pelan”
“Udah gue jalan kaki aja gapapa kok”
“yakali capek lah jauh kali ke atasnya”.
“Udah gapapaa”
“Dah, sini tas lapangan lu gua bawa, motor gua kosong juga kan boncengannya. Yuk pelan pelan gasnya. Gua temenin deh”

Akhirnya, tas lapangan Daniel gue yang bawa, trus kami nge-gas motor pelan-pelan. Lama kelamaan jalanan makin menanjak dan berkelok. Hingga akhirnya sampai pada suatu tanjakan-tikungan yang berberlok ke kiri dengan cukup curam. Karna nanjak, gasnya gue tambah dan gue ngambil bagian yang paling kiri. Pas udah hampir sampe puncak tikungan, rasanya gas motor gue gak mampu melawan gaya gravitasi bumi. Seketika motor langsung mundur dengan begitu cepat, kayak lagi main perosotan. Gue coba tuh rem sama tangan. Kaki gue juga turun buat mbantu ngeberhentiin. Nihil. Ga berhasil. Dan..

Braaaakkkkk

Gue terjatuh dan tak bisa bangkit lagi (beneran, jangan sambil nyanyi bacanya haha). Gue terseret ke kiri sekitar beberapa meter, dengan posisi terlentang. Kejadiannya begitu cepat! Cuma dalam hitungan detik, sampe gak terasa apa yang terjadi. Pas badan gue berhenti, barulah semua terasa sakit. Namun ada kayak ada sakit yang berbeda di tangan kiri. Sakiiiiiit bangeet.

“astaghfirullah.. Aduuh.. Sakiiiittt” teriak gue.

Cukup lama hingga ada bapak-bapak datang menolong. Terdengar samar-samar, beliau seperti mencoba memanggil temen-temen gue yang lain. Daniel mencoba menegakkan motor gue. Gak lama kemudian temen temen gue dateng dengan suara –suara panik. Gue gabisa ngapa-ngapain selain merintih dan mendengar suara-suara panik mereka.

“Ayo Mbak bangun bisa kan coba pelan-pelan?”
*Nyoba bangkit*
“Nggak bisa Pak sakit banget yang sebelah kiri”
*dipegang*tangannya aja kok*
“Oh ini cuma dislokasi Mbak gapapa kok, dibawa ke *nyebutin nama tempat* aja nanti bisa sembuh kok. Jangan dibawa ke rumah sakit blablabla”.

Cukup lama gue tergeletak di jalan, hingga akhirnya temen temen gue memutuskan untuk mindahin gue ke pinggir jalan. Karna gue gabisa bangun gegara tangan kiri sakit banget kalo bergerak, akhirnya gue digotong beramai-ramai. Sayangnya, tangan kiri gue tidak terlalu dipegang dengan benar. Setelah dipinggirkan, gue dikasih minum dan ditenangkan sama yang lain. Cubanget, minuman temen gue yang dikasih itu tempat minum yang disedot, yang casingnya lentur dan ada saluran sedotannya. Jadi berasa ngedot-ngedot-lucu gitu (?)
Cuacanya terik pake banget! Gilak kerasanya tuh kek dijemur di padang pasir. Mana sakit pula :”) Saat jatuh gue merasa alim gimana gitu (?) Gue mengucap lafadz Allah dan terus2 berdzikir #tsaah. Setelah menunggu cukup lama, datang Ardin yang membidai gue agar tak terjadi pergerakan signifikan. Doi ngebidai pake buku dan kain kain untuk bidai sederhana. Selagi menunggu mobil yang bisa mengangkut gue ke RS, gue dipindah ke masjid terdekat agar tidak kepanasan.
Tak lama setelah gue ditaruh di masjid, mobil pick up bak terbuka datang. Gue dibopong, dengan posisi badan yang dimiringkan ke para pembopong. Gue diletakkan di bak pick up, lalu mobil bergerak menuju Rumah Sakit terdekat. Satriyo dan Ardin ikut di pick up, yang lain ngurusin motor dan barang2 gue.
Rumah Sakit erdekat dari lokasi itu terasa sangaaaaaaat jauh. Ternyata, RS nya ada di beda kota. Perlu rumah sakit besar, yang kemungkinan dokter tulangnya ada. Udah jauh, pick up nya kan kebuka, ya matahari langsung nyengat badan gue gitu :” Si Ardin sama Satriyo langsung nutupin pake jaket2 temen2.
Dan pas nyampe rumah sakit (pertama)……….


Bersambung ke #2

Minggu, 17 Agustus 2014

Langkah Awalku, kamu, dan kita.

“Thank God it's Friday, everybody wants to party.
Why don’t we go funky? Dancing with you all night, yeah.”
RAN – Thank God It’s Friday
****
Jum’at, 25 Juli 2014. Gue lagi asyik dengerin lagunya RAN yang TGIF. Pas banget gitu kan jum’at malem, sambil mengisi waktu kala bosen di perjalanan mudik. Sambil dengerin lagu, gue ngebaca grup whatsapp yang isinya temen-temen yang baru gue kenal selama 2 hari. Yap. Mereka adalah orang yang bakal jadi kawan seperjuangan gue di Teknik Geologi UGM nanti. Beberapa udah gue kenal lewat pelatnas, atau sekedar chat via whatsapp.

“Ada kabar gembira !”
“Mastin kini ada ekstraknya?”
“Bukaan, lebih gembira daripada ituu!”
“www.ppsmb.............”
“Demiapa udah ada tugas?”
“Aaaaa tugasnya banyak banget!”
“Rek……… ini itu apa?”
“Haduh ini cari dimana?”
Blablabla

Pfffftt. Tugas PPSMB udah keluar. Apaan sih itu Mel? Gini.. PPSMB itu Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiwa Baru. Itu tuh istilah ospek buat UGM. Kata kakak seniornya sih PPSMB beda sama ospek. Tapi kebanyakan orang ya masih menyebutnya ospek.

Oke balik lagi ke Tugas. Tau gini gue ngga usah buka grup malem itu. Seketika dunia runtuh dan langit pun menggelegar. Jeddeeerrrrrrr. Ga deng lebay. Banyak temen-temen yang mengeluh banyak dan lumayan ribet tugasnya.. Ini lah, itu lah. Tapi entah, aku sedikit merasa biasa. Entah karena sudah menyiapkan hati untuk itu, atau sudah pernah merasakan tugas bertubi-tubi saat pertama kali masuk SMA. Semoga deh.

Dulu, saat masuk SMA, aku kewalahan mengerjakan semua tugas itu. Belum lagi omelan dan drama kakak-kakak MPK Osisnya. Dulu aku hanyut dalam drama mereka. Namun, waktu menjawab. MOPD kala itu memang betul-betul gambaran kecil tentang smansa, sekolahku. Harusnya, tingkat Universitas kelas UGM juga mempunyai “kelas” sendiri terhadap kualitas ospeknya.

Malam itu aku belum bisa mengerjakan apapun. Untungnya, aku membawa laptopku. Kapan saja bisa deh, Aman. Sesampainya aku di rumah saudara, susah rasanya untuk membuka laptop dan menghabiskan me-time untuk tugas-tugasku. Nemenin kesini lah, bantu itu lah, dll. Kesungguhanku buat ngerjain tugas dipertanyakan. Pun keseriusan menganggap seberapa penting tugas ini. Buat apa sih capek-capek….

Setelah menunda-nunda, akhirnya kubulatkan tekad tuk mengerjakan tugasku. “Oke deh, yang lain juga udah mulai ngerjain”. Kubaca soal pertama, kedua, ketiga, hingga larut malam pun tiba. Lambat memang, karena aku moody sekalih mengerjakannya. Untuk mengerjakan 15 nomer saja aku harus menghabiskan 2 malam di rumah Nenek. Fiuuuuh akhirnya.

Karena bosan, aku iseng melihat tugas-tugas di hari lain. Banyaknyaaa. Tapi satu yang kusadari. Ini aneh. Kami diberi tugas tapi kami juga diberi materi. Tugas-tugas yang diberikan pun seputar pertanyaan hal-hal berbau UGM. Aku sedikit menyadari jika semua ini ada maksudnya. Mungkin tanpa menjawab pertanyaan itu, aku tidak tahu hal-hal dibalik berdirinya UGM, aku tidak tahu siapa itu Dr. Sardjito. Bahkan mungkin aku tidak akan peduli siapa yg meresmikan GSP, gedung yang akan sering kupakai nanti. Krusial, namun elak dilupakan.

Tugas-tugas di hari selanjutnya juga membuatku mengasah pikiran. Membuat CV, mencari jenis UKM, adalah kegiatan-kegiatan yang pasti akan kulakukan nanti ketika kuliah. Membuat essay tulis tangan, membuat 10 poin kebaikan, menganalisis apa yg ada di masyarakat, harusnya lumrah. Tak terbiasa dan dibiasakan menjadi alasan yang klise.

Menurut feeling ku, #tsaah, PPSMB emang sedikit beda sama label ospek yang dominan sama senioritas dan kekerasan. Ini bener-bener pengenalan buat mahasiswa baru. Banyak info2 yang bakal dikasih ke kami, para mahasiswa baru dari Sabang sampai Merauke, bahkan luar Nusantara. Jiwa nasionalisme kami seakan dikembalikan ke era 1945, dimana UGM pertama didirikan. Semangat untuk menempuh pendidikan dan meraih prestasi setinggi-tingginya.

Pembekalan diri, pembentukan jati. Baik secara material maupun psikologis. Kami diberi materi agar siap menghadapi dunia perkuliahan yang pasti jauh berbeda dari SMA. Agar kami tahu apa yg harus kami lakukan di kuliah. Sikap kami pun harus menyesuaikan dengan dunia yang lebih heterogen ini. Pembentukan pribadi yang sesuai dengan nilai pancasila di era globalisasi.

Menjadi calon pemimpin di masa depan, yang katanya di usia kami menjabat Indonesia kan maju, haruslah mempunyai visi misi yang jelas, visioner, dan konstruktif. Kami sudah memasuki jenjang yang baru. PPSMB menurutku adalah langkah awal di jenjang ini. Langkah awal bukan memang bukan segalanya, tapi segalanya berasal dari langkah awal, PPSMB.

Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga

Untuk negeri tercinta

Kamis, 03 Juli 2014

The Nekad Traveler #1

“Eh jalan-jalan yuuk!”
“Kemana?”
“Situs Gunung Padang tuuh yang di deket Sukabumi. Bisa naik kereta. Nah karna jauh, kita nginep di rumah warga ajaa!”.
“Yaaah ga dibolehin…”
“Yaudah deh. Bogor yuk!”
“Yuuk!”
***
Verdy dan Zahra. Mereka adalah temen seper-pelatnas-an gue waktu di Jogja. Kita jadi deket gara-gara satu domisili, dari Jabodetabek, yang tentunya kalo ngobrol lebih nyambung ketimbang ngobrol sama anak daerah lain. Gue baru aja ke Jogja bareng Zahra dua minggu yang lalu. Beda sama Verdy, gue udah 7 bulan nggak ketemu sama dia. Karna udah lama ga ketemu dan nggak tau mesti ngapain dirumah, akhirnya kita memutuskan untuk backpack ke Bogor.

Malemnya, kita ngobrol di grup whatsapp tentang destinasi dan cara ngumpul kita gimana. Beruntungnya temen OSN kita di Bogor, Anfa, juga bakal nemenin keliling Bogor. Siip lah. Jalan-jalan di Bogor seharian bakal gampang nih kemana aja.

*krriiiiing*

 “Iya iyaa, gue udah banguun”

Paginya, gue kebangun gara-gara Verdy nelfon gue. Seperti biasa, whatsapp yang masuk ke hp gue di pagi hari cukup banyak. Karna mau janjian, gue langsung cek tuh grup whatsapp yang isinya kita bertiga.

“Sorry yaa, gue mager parah niih. Maafin yaa,  kan ada Anfa juga tuuh kalian bertiga aja ke Bogornya. Gue mau tidur lagi. Daah!”

OMG apa-apaan sih Zahra. Ngebatalin ikut disaat mau berangkat. What thee -__- mana Verdy udah di stasiun Bekasi. Dan keadaan makin parah pas Anfa tiba-tiba nge-line gue kalo dia mesti nemenin adiknya yang mau daftar ke SMA. Huuufftt kita bener-bener bingung. Yakali jalan berdua doang. Krik banget.. Kasihan juga kalo Verdy balik lagi ke rumah. Disaat hopeless, tetiba gue punya ide gila.

“Kak Fred, punya alamatnya Zahra ga?”
“Buat apa Mel? Mager nih haha”
“Aku sama Verdy mau main ke rumahnya. Tapi dia belum bales”.
“Jalan Bungur ……. Ciracas, Jakarta Timur”

YEEEHHAAAA

Akhirnya gue dapet alamat lengkapnya Zahra dari Kak Fredo, asisten dosen pas pelatnas. Gue langsung ngabarin Verdy dan kita setuju ngunjungin rumahnya. Kan kalo didatengin langsung dia ngga mungkin mager lagi kaan… HAHAHA *evil laugh*

Kita janjian di stasiun Cawang dan lanjut naik busway. Sembari nunggu busway, kita cerita-cerita pengalaman masing-masing. Entah suara kita yang terlalu keras atau emang pembicaraan kita yang menarik, hampir semua orang yang lagi nunggu busway yang searah sama kita pada ngeliatin. Hih, kenapa sih -__-
Perjalanan Busway yang lama dan jauh cukup membuat kita bosan. Untungnya kita dapet tempat duduk karna ngelawan arus. Disaat orang-orang berangkat kerja ke arah Cawang, kita malah ke arah sebaliknya, Kampung Rambutan.

Sesampainya di terminal Kp.Rambutan, kita bingung gatau arah. Ini pertama kalinya kita kesini. Kita mencoba nanya-nanya alamatnya ke orang sekitar plus bantuan navigation-nya google maps. Setelah muter sana-sini di terminal kp.Rambutan yang gedeee banget, akhirnya kita nemu jalan tembus ke arah rumah Zahra. Tapi kita mesti naik angkot sekali lagi buat bener-bener ke rumahnya. Alhamdulillah abang angkotnya baik, kita diturunin di Jalan Bungur. Akhirnya kita nemu rumahnya Zahra juga.

Kita nelfon dan doi terkaget-kaget bisa sampe dirumahnya. Yaiyalah, ini perjalanan ter-nekad yg pernah gue lakuin. Setelah nungguin Zahra siap-siap dan ngobrol-ngobrol bareng kakaknya, akhirnya kita berangkat juga. Kita naik angkot ke arah stasiun Tanjung Barat. Serunya, nih angkot masuk ke tol dalam kota yang berhasil maksa kita bayar 5000. Oke lah yang penting cepet, haha.

Kita naik KRL tujuan Bogor kota. Selama di kereta banyak banget yang kita obrolin. Kita asyik banget ngobrol2, padahal gatau bakal kemana aja. Yaaa sekali-sekali jalan-jalan tanpa tujuan asyik lah yaa. Sesampainya di Bogor, kita mau nyoba ke Musium Tanah yang kata website ada di deket Kebun Raya Bogor.

“Pak, pemisi. Kita mau masuk ke museumnya nih Pak.”
“Wah iya Mbak.. Ini masuk sendiri atau penelitian?”
“Emmm mau lihat-lihat aja Pak”.
“Wah maaf nih sebelumnya, kalo mau masuk harus ada surat dari pusat. Soalnya belum dipugar dan belum ada guidenya. Sekali lagi maaf ya Mbak”.

JEGEEERR

Kita langsung lemes. Kita duduk di kursi trotoar. Mau kemana lagi kitaa T_T  Hasil searching di google semalem pun ga ada yang bikin menarik. Sekalinya ada juga jauh dari jangkauan. Kita bener-bener bingung gatau harus kemana. Setelah ngaso luntang-lantung bermenit-menit, akhirnya kita nelfon Anfa.

“Anfa, kita bingung nih harus kemana..”
“Oh yaudah ke……….”


bersambung

Sabtu, 04 Januari 2014

Cerita dibalik OSN #2

Seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya, gue baru kenal apa itu OSN pas SMA. Gue belum pernah tau apapun itu tentang OSN sebelumnya. Dan setelah gue ngeliat foto-foto kakak kelas gue sang pejuang nama Smansa yang terpampang di hall-of-fame di lorong depan sekolah, gue jadi pengen ikut gituan.

Keren banget ya mereka, juara nasional.” gumam gue

Akhirnya, pas promosi ekskul, gue daftar 2. Teater Langit sama SC. Kenapa Teater? Soalnya gue punya ketertarikan sama dunia per-teater-an. Sejak SMP gue udah pengen masuk ekskul ini. Sementara itu, di SC gue memilih bidang yang sama kayak pas SMP yaitu, FISIKA. Uwooow *eyes rolling* Sok jago banget lu Mel milih Fisika, haha.

MOPD berakhir, dan tes seleksi SC pun digelar. Gak semua anak yang tertarik ikut ekskul ini bisa masuk di dalamnya. Sekitar 10-15 orang aja. Gue berangkat tes dengan persiapan yang sangat minim. Cuma berbekal baca-baca buku SMA kelas x. Itupun cuma bolak-balik kertasnya doang. Dengan sedikit rasa pede karena punya bekal pas SMP, gue agak sedikit bin julidh waktu itu.

Pas gue masuk ruang ujian, ternyata udah cukup rame sama anak-anak yang bakal ikut tes juga. Mereka sibuk baca-baca lagi demi persiapan tes. Kebetulan ruang ujian gue digabung sama anak-anak yang mau ikut seleksi bidang Kebumian. Gak lama gue duduk, waktu tes dimulai. Kakak senior kelas 3-lah yang bakal ngawasin kita. Soal dibagiin, daaaannnnnn…

*jeng-jeeeng*

SUSAH BANGEEETTT AAAAAKKK!!!!!

SOAL MACEM APA INIII -______- Gue gabisa sama sekali. Gue pantengin tuh soal, gue bolak balik terus kertasnya *padahal soalnya cuma satu halaman*. Gue baca berkali-kali, mencoba berfikir sekuat tenaga. Dan tetep aja, engga nemu jawabannya. L

*nangis di pojokan*

Oh My God… Apa yang harus gue lakuin.. Apa yang harus gue tuliss?? Dan yang bikin tambah panik, kakak kelas XI di depan gue nanya ke Kakak pengawasnya gini :

“Kak, aku isinya gambar semua nih. Gapapa kan ya?”
“Gapapa, yang penting ga kosong.”

GLEK. Helloo! Gue satupun aja gabisa jawab maupun ngerti. Apalagi gambar-gambar huhuhu. Akhirnya gue gambar2 deh tuh sesuai soalnya apa. Pas di soalnya disebutin ada mobil gerak, gue gambar deh mobil sesuai arah pergerakannya. Ada soal dengan tokoh naruto, gue gambar deh tuh manga naruto. Enggak deng, yang  terakhir boong.

Satu jam berlalu, dan tersisa anak-anak (calon) anggota SC Fisika yang masih kelibetan sama soal didepannya. Gue envy ngeliat anak-anak Kebumian yang cepet keluarnya, sedangkan gue masih harus menguras otak disini.. Waktu terus berjalan dan waktu mengerjakan pun habis. Gue harus ikhlas mengumpulkan gambar-gambar ga jelas itu ke Kakaknya. Ah, gue malu. Kok gue engga bisa ya, payah banget L

“Eh tadi susah banget ya soalnya…”
“Iya, sama kok Mel. Susah banget. Aku Cuma ngisi 1 tadi hahaha”

Oke. Masih ada temen seperjuangan. Masih ada harapan *ohyeah*

Sekitar seminggu setelahnya, ada acara pesantren kilat di sekolah gue. Kebetulan gue salah seorang panitianya. Pas gue lagi jaga, tiba-tiba rame gitu di mading.

“Eh eh, pengumuman SC udah keluar tuh!”
“Aaa aku loloos! Kamu gimana Mel?”
“………..”

Nama gue engga ada di daftar anak fisika. Gue ENGGAK LOLOS! Tiba-tiba air mata gue netes di pipi gue.  Sekujur tubuh gue gemeteran. Isa tangis kesedihan tak sanggup lagi gue bendung. Gue Sedih...

Ya Allah.. Apa salahku? Memang, kutidak berusaha maksimal. Tapi, …. Apa mimpiku buat kepajang di hall of fame itu ngga bisa kewujud? Ya Allah, kumohon..

Dengan sigap gue langsung ambil wudhu dan langsung shalat Dhuha di ruang panitia.Selama shalat dhuha gue ga berhenti-berhentinya nangis. Ampe selese shalat, gue masih nunduk. Gue malu dilihatin sama panitia lain. Sampe-sampe ada kakak kelas yg nanyain gue kenapa. Gue ga mau cerita. Takut. Cemen banget kalo gue cerita gue nangis cuma gara-gara ga lolos ekskul itu doang.


-bersambung-

Kamis, 19 Desember 2013

Jembatan Saintis dan Sosialis

Ilmu sains dan sosial adalah dua hal yang berbeda secara  objek, cara pandang, ruang lingkup, serta orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Ilmu sains mempunyai objek berupa sesuatu yang bersifat ilmiah, baik itu hidup ataupun tidak, terlihat ataupun fana. Sains mempelajari tentang apa yang ada di kehidupan alam, makhluk-makhluk beserta seluk beluknya, unsur-unsur, ataupun hitungan terhadapnya. Para saintis seperti Insinyur, peneliti, memandang ilmu sains sebagai rumpun ilmu yang dibutuhkan dengan analisis pemikiran  dan berbagai percobaan demi menciptakan suatu produk manfaat bagi manusia. Cara mereka menyerap ilmu cenderung menerima apa adanya teori-teori yang telah ditemukan ilmuwan sebelumnya, baru dikembangkan. Orang-orang yangberkecimpung di dalam sains kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai ketahanan kerja dalam analisis dan keruntutan.
Di sisi lain, Ilmu sosial mempunyai objek berupa manusia itu sendiri. Sosial mempelajari apa yang dilakukan manusia dan hubungannya antar manusia, pola-pola dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat, bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya, dsb. Sosialis mempunyai cara pandang dari berbagai sudut, yang terkesan tidak pasti. Untuk mendapatkan informasi, sosialis terjun langsung ke lapangan, berinteraksi dengan manusia langsung. Orang-orang yang berkecimpung di dunia sosial kebanyakan mempunyai pikiran lebih bebas dari saintis. Karena berhubungan dengan manusia, banyak taktik-taktik yang diterapkan baik itu membangun ataupun menjatuhkan.
Dari pemaparan di atas, kesannya sains dan sosial adalah dua hal yang berbeda dan tidak ada penghubungnya. Keduanya seperti mempunyai dua dunia yang berbeda konteks. Seharusnya terdapat kesinambungan terhadap keduanya. Manusia menciptakan dan mengembangkan sains demi kebutuhan manusia. Kemudian manusia yang lain mengatur penggunaan barang dan manusianya. Seharusnya Sains dan Sosial saling terkait demi menciptakan
Tetapi terkadang terjadi ketidak sependapatan antara Saintis dan Sosialis dalam memandang suatu permasalahan. Seperti yang baru saya pahami beberapa waktu yang lalu, ada permasalahan pencemaran lingkungan yang diindikasi akibat ulah pembuangan limbah PT Newmont ke dasar (Tailing) Laut Bayat, Minahasa. Pada tahun 1995 para LSM dan warga sekitar demo ke pemerintah akibat ada penyakit yang sama seperti di Danau Minamata Jepang, dan ada bayi yang meninggal. Mereka bergejolak bahwa pembuangan yang mereka lakukan telah mencemari Teluk Bayat. Aktifitas pertambangan juga menyebabkan pencemaran air tanah sehingga masyarakat harus membayar lebih untuk air bersih. Usaha tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat atau yg dikenal dengan istilah CSR dinilai tidak benar-benar mensejahterakan masyarakat dan menyebabkan masalah baru.
PT. Newmont tentu saja mengelak karena menurut mereka pembuangan yang dilakukan sudah sesuai standar aman pembuangan yang diizinkan. Kasus tersebut masuk ke pengadilan hingga sekitar 15 tahun dan selesai setelah beberapa riset dari berbagai pihak yang tidak menunjukkan indikasi bahwa terjadi pencemaran. Kadar material yang LSM dan masyarakat umbarkan  berbahaya, ternyata mempunyai kadar dibawah standar maksimal. Kadarnya jauh dari yang terjadi di Danau Minamata.
Ketidak sepahaman antara sosialis dan saintis mungkin disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan cara memandang suatu masalah. Seperti pada kasus di atas, para sosialis memandang bahwa pembuangan limbah penambangan menjadi berbahaya bagi masyarakat sekitar bahkan menyebabkan pasokan jumlah air tanah berkurang. Padahal kenyataannya sebaliknya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan para sosialis tentang hal-hal yang benar-benar terjadi di lapangan. Mereka hanya mendengar isu-isu yang disebarkan dari media cetak, atau bahkan isu yang mereka buat sendiri. Bisa jadi kesalahan terletak pada pihak saintis yang kurang mensosialisasikan apa yang mereka kerjakan. Apa yang benar-benar terjadi disana tidak dipublikasikan dengan baik karena menganggap bahwa masyarakat luas tidak perlu mengetahui hal-hal mendetail yang mungkin masyarakat awam tidak akan mengerti. Program CSR sebenarnya sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, hanya perlu dikomunikasikan pada masyarakat luas terutama diluar daerah sekitar pertambangan.

Sebenarnya antara kedua dunia yang berbeda itu terdapat suatu kesinambungan. Dibutuhkan keinginan para saintis dan sosialis untuk menjembatani dunia antara mereka agar tercipta keharmonisan kehidupan.

Selasa, 17 September 2013

cerita dibalik OSN #1



OSN? Apa tuh? Cari aja di google sendiri ya. Hehehe enggak enggak, gue engga se-sarcasm itu kok. Gue adalah orang yang sangat baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. -_- #skip. Kali ini gue bakal  membahas segala hal tentang dunia per-OSN-an yang baru di SMA ini gue kenal dan gue geluti. Engga ada maksud sombong dan pamer di dalamnya. Hanya bermaksud ngeshare, kali aja ada yang terinspirasi terus jadi pengen ikut OSN terus ikut OSK terus lolos OSP terus terus….


OSN itu kependekan dari Olimpiade Sains Nasional. Ini adalah salah satu ajang bergengsi buat seluruh pelajar di Indonesia dalam bidang akademis khususnya. OSN tingkat SMA punya 9 bidang yang dilombain, ada Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Ekonomi, Kebumian, Astronomi, dan Geografi. Untuk mencapai OSN, siswa-siswi di seluruuh Indonesia yang mau ikutan, harus diseleksi dulu dari tingkat sekolah, terus kota, provinsi, baru deh nasional. Setelah sampe Nasional, bocah bocah yang dapet medali dan yang beruntung lolos tahap-tahap seleksi nasional, bakal ikut olimpiade internasional.


Di sekolah gue, ada sebuah ekskul yang berkecimpung di dalam dunia per-OSN-an dan segala macam lomba akademik. Namanya adalah Student Club (SC). Ini dulunya tuh bukan ekskul, dulu Cuma sebatas tim olimpiade yang disaring sekolah kayak biasa. Tapi semenjak tahun sekian *gatau* dibentuklah perkumpulan a.k.a. ekskul yang bener-bener serius di bidang ini. Sounds weird, huh? Gue tebak, pasti yang terbesit di pikiran kalian pertama kali adalah kumpulan orang-orang kutu buku yang kerjaannya di depan buku mulu seharian, dan anti sosial. Walaupun engga salah juga, tapi sebagian besar anggota SC itu isinya pengurus organisasi, panitia ini-itu, anak ekskul seni, dll. Mereka adalah orang-orang yang bisa membagi waktunya dalam berbagai bidang. :D


Okay, let’s back to 2 years ago….

-bersambung-

Kamis, 06 September 2012

Peralatan Akses Internet

Kehidupan kita sehari-hati tak bisa lepas dari internet. Kita sering mencari sesuatu yang kita butuhkan di di Internet. Untuk meng-akses internet tentu  tidak hanya menggunakan komputer dan modem, tapi juga membutuhkan perangkat lain seperti hub, router, dll. Apa saja peralatannya? simak penjelasan berikut ini :


1. Hub/Switch
Hub
(source:omnisecu.com)

Hub adalah sebuah perangkat jaringan komputer yang berfungsi untuk menghubungkan peralatan-peralatan dengan ethernet 10BaseT atau serat optik sehingga menjadikannya dalam satu segmen jaringan.

Switch jaringan (atau switch untuk singkatnya) adalah sebuah alat jaringan yang melakukan bridging transparan (penghubung segementasi banyak jaringan dengan forwarding berdasarkan alamat MAC).
Switch jaringan dapat digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas, switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch hampir sama seperti bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga sering dinamakan multi-port bridge.

2. Router

(source : kymnradio.net)

 Router adalah sebuah perangkat yang meneruskan paket data sepanjang jaringan. Router terhubung dengan setidaknya dua jaringan, umumnya dua LAN atau WAN atau LAN dan jaringan ISP nya. Router terletak di gateway, tempat di mana dua atau lebih jaringan terhubung.

Router menggunakan header dan tabel forwarding untuk menentukan jalur terbaik untuk meneruskan paket-paket, dan mereka menggunakan protokol seperti ICMP untuk berkomunikasi satu sama lain dan mengkonfigurasi rute terbaik antara dua host. Sangat sedikit penyaringan data dilakukan melalui router.
(sumber : webopedia.com) 




3. Ethernet/LAN card 

(source : petervaldivia.com)

LAN card atau NIC(Network Interface card) adalah sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari komputer ke sebuah jaringan komputer. Jenis NIC yang beredar, terbagi menjadi dua jenis, yakni NIC yang bersifat fisik, dan NIC yang bersifat logis. Contoh NIC yang bersifat fisik adalah NIC Ethernet, Token Ring, dan lainnya; sementara NIC yang bersifat logis adalah loopback adapter dan Dial-up Adapter. Disebut juga sebagai Network Adapter. Setiap jenis NIC diberi nomor alamat yang disebut sebagai MAC Address, yang dapat bersifat statis atau dapat diubah oleh pengguna.

 

 4. Modem
 Modem berasal dari singkatan MOdulator DEModulator. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyal pembawa (carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Menurut letaknya, modem dibagi menjadi :

     a. Modem Internal

        yaitu modem yang letaknya sudah terinstall di dalam komputer. Ada dua jenis modem internal: dial-up dan WiFi ® (nirkabel). Dial-Up beroperasi melalui saluran telepon dan membutuhkan akses jaringan nomor telepon dan kredensial logon untuk membuat sambungan. WiFi ini dapat menghubungkan tanpa kabel dan tanpa mandat dalam kasus-kasus tertentu. Istilah non-kualifikasi "modem internal" biasanya mengacu pada modem dial-up, karena teknologi yang digunakan diikuti dengan kualifikasi untuk membedakan mereka.

Sebuah modem internal saat ini, juga tersedia sebagai perangkat eksternal, menggunakan protokol v.92 untuk berkomunikasi melalui saluran telepon tembaga. Modem mengirim dan menerima data menggunakan frekuensi suara termodulasi yang diterjemahkan ke dalam bit digital data.

      b. Modem Eksternal
       yaitu modem yang ditempatkan di luar perangkat utama CPU. Modem ini terpisah dari PC dan dihubungkan melalu kabel LAN dan kabel USB, tergantung tipe modemnya.
5. Konektor RJ-45

 (source : hyperline.com)
RJ-45 adalah 8 kabel konnektor yang umumnya digunakan untuk menghubungkan UTP dari komputer ke LAN, khususnya Ethernet. RJ-45 terlihat sama seperti RJ-11 yang digunakan untuk menghubungkan peralatan telfon, namun RJ-45 lebih besar(luas) dari RJ-11. RJ-45 digunakan untuk satu kabel data dengan resistor pemrograman.

6. Bridge


Bridge digunakan untuk menghubungkan antar jaringan yang mempunyai protokol yang sama. Hasil akhirnya adalah jaringan logis tunggal. Bridge juga dapat digunakan untuk jaringan yang mempunyai media fisik yang berbeda. Contoh : jaringan yang menggunakan fiber optik dengan coaxial.

Bridge mempelajari alamat tujuan lalu lintas yang melewatinya dan mengarahkan  ke tujuan \. Juga digunakan untuk menyekat jaringan. Jika jaringan diperlambat dengan adanya lalu lintas yang penuh maka jaringan dapat dibagi menjadi dua kesatuan yang kecil.


7. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)


(source : bonsaiteknologi.blogspot.com)


Seperti namanya (unshielded) kabel ini tidak memiliki shield atau pelindung yang membuat kabel UTP memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dan juga daya tahan yang lebih kuat. Kabel UTP lazim ditemukan di jaringan yang menggunakan ethernet.

Keunggulan kabel UTP adalah :
  • Tipis, lebih tipis dari pada coaxial sehinnga mudah dibentangkan atau di tempelkan di tembok
  • Karena ukurannya yang kecil, UTP tidak mudah memenuhi tempat pengkabelan.
  • Biaya per meternya lebih murah dibandingkan dengan kabel jaringan lainnya
UTP juga memiliki kekurangan. Kekurangnya adalah gelombang elektromagnet bisa mengintervensi kabel UTP tergantung dengan skema yang digunakan oleh kabel UTP tersebut yang biasanya dipatenkan oleh pembuat kabel.

Dalam membuat sambungan kabel LAN ada dua cara yaitu STRAIGHT dan CROSS, jadi tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan

1. STRAIGHT (Menghubungkan Computer dan HUB)
Susunan warna kabel pada konektor RJ45


Ke Connector UTP 1
  • PUTIH – ORANGE
  • ORANGE
  • PUTIH – HIJAU
  • BIRU
  • PUTIH – BIRU
  • HIJAU
  • PUTIH – COKLAT
  • COKLAT
Ke Connector UTP 2
  • PUTIH – ORANGE
  • ORANGE
  • PUTIH – HIJAU
  • BIRU
  • PUTIH – BIRU
  • HIJAU
  • PUTIH – COKLAT
  • COKLAT
2. CROSS (Menghubungkan Computer – Computer atau Hub – Hub)
Susunan warna kabel pada konektor RJ45


Ke Connector 1
  • PUTIH – ORANGE
  • ORANGE
  • PUTIH – HIJAU
  • BIRU
  • PUTIH – BIRU
  • HIJAU
  • PUTIH – COKLAT
  • COKLAT
Ke Connector 2
  • PUTIH – HIJAU
  • HIJAU
  • PUTIH – ORANGE
  • BIRU
  • PUTIH – BIRU
  • ORANGE
  • PUTIH – COKLAT
  • COKLAT 
 8. Access Point 


Access point adalah perangkat yang memungkinkan perangkat nirkabel untuk terhubung ke jaringan kabel dengan menggunakan Wi-Fi, Bluetooth atau standar terkait. WAP biasanya terhubung ke router (melalui jaringan kabel) jika perangkat mandiri, atau merupakan bagian dari router itu sendiri.
(wikipedia.com)

9. Coaxial cable (kabel koaksial)

 (source : cablewholesale.com)

Kabel koaksial adalah sarana penyalur atau pengalirhantar (transmitter) yang bertugas menyalurkan setiap informasi yang telah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Kabel ini memiliki kemampuan yang besar dalam menyalurkan bidang frekuensi yang lebar, sehingga sanggup mengalirhantar (transmit) kelompok kanal frekuensi  percakapan atau program TV. Kabel koaksial biasanya digunakan untuk saluran antar-setempat (interlocal) yang berjarak cukup dekat yakni, dengan jarak selebihnya 2.000 km.

10. Fiber Optic Cable (Kabel Serat Optik)

 (source : sixooninele.blogspot.com)


Kabel serat optik merupakan sebuah kabel yang terbuat dari kaca atau  plastik yang berfungsi untuk mentransmisikan sinyal cahaya. Kabel serat optik berukuran sangat tipis dan berdiameter sehelai rambut manusia yang saat ini paling banyak digunakan sebagai media transimisi dalam teknologi komunikasi modern.
Bagian-bagian utama serat optik tersebut adalah bagian inti tempat merambatnya gelombang  cahaya, lapisan selimut yang mengelilingi bagian inti dengan indeks bias yang lebih kecil, dan lapisan jake yang melindungi bagian inti dan selimut dengan plastik yang elastis. Komponen utama sistem serat optik terdiri dari transmitter (Laser Diode dan Laser Emmiting Diode), information channel yang berupa serat optik, dan receiver
(wikipedia.com)