“Thank
God it's Friday, everybody wants to party.
Why
don’t we go funky? Dancing with you all night, yeah.”
RAN –
Thank God It’s Friday
****
Jum’at, 25 Juli 2014. Gue lagi asyik dengerin
lagunya RAN yang TGIF. Pas banget gitu kan jum’at malem, sambil mengisi waktu
kala bosen di perjalanan mudik. Sambil dengerin lagu, gue ngebaca grup whatsapp yang isinya temen-temen yang
baru gue kenal selama 2 hari. Yap. Mereka adalah orang yang bakal jadi kawan
seperjuangan gue di Teknik Geologi UGM nanti. Beberapa udah gue kenal lewat
pelatnas, atau sekedar chat via whatsapp.
“Ada
kabar gembira !”
“Mastin
kini ada ekstraknya?”
“Bukaan,
lebih gembira daripada ituu!”
“www.ppsmb.............”
“Demiapa
udah ada tugas?”
“Aaaaa
tugasnya banyak banget!”
“Rek……… ini itu apa?”
“Rek……… ini itu apa?”
“Haduh
ini cari dimana?”
Blablabla
Pfffftt.
Tugas PPSMB udah keluar. Apaan sih itu Mel? Gini.. PPSMB itu Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiwa Baru. Itu tuh istilah ospek buat UGM. Kata kakak seniornya sih
PPSMB beda sama ospek. Tapi kebanyakan orang ya masih menyebutnya ospek.
Oke balik
lagi ke Tugas. Tau gini gue ngga usah buka grup malem itu. Seketika dunia
runtuh dan langit pun menggelegar. Jeddeeerrrrrrr. Ga deng lebay. Banyak
temen-temen yang mengeluh banyak dan lumayan ribet tugasnya.. Ini lah, itu lah.
Tapi entah, aku sedikit merasa biasa. Entah karena sudah menyiapkan hati untuk
itu, atau sudah pernah merasakan tugas bertubi-tubi saat pertama kali masuk
SMA. Semoga deh.
Dulu, saat
masuk SMA, aku kewalahan mengerjakan semua tugas itu. Belum lagi omelan dan
drama kakak-kakak MPK Osisnya. Dulu aku hanyut dalam drama mereka. Namun, waktu
menjawab. MOPD kala itu memang betul-betul gambaran kecil tentang smansa,
sekolahku. Harusnya, tingkat Universitas kelas UGM juga mempunyai “kelas”
sendiri terhadap kualitas ospeknya.
Malam itu
aku belum bisa mengerjakan apapun. Untungnya, aku membawa laptopku. Kapan saja
bisa deh, Aman. Sesampainya aku di rumah saudara, susah rasanya untuk membuka
laptop dan menghabiskan me-time untuk
tugas-tugasku. Nemenin kesini lah, bantu itu lah, dll. Kesungguhanku buat
ngerjain tugas dipertanyakan. Pun keseriusan menganggap seberapa penting tugas
ini. Buat apa sih capek-capek….
Setelah
menunda-nunda, akhirnya kubulatkan tekad tuk mengerjakan tugasku. “Oke deh,
yang lain juga udah mulai ngerjain”. Kubaca soal pertama, kedua, ketiga, hingga
larut malam pun tiba. Lambat memang, karena aku moody sekalih mengerjakannya. Untuk mengerjakan 15 nomer saja aku
harus menghabiskan 2 malam di rumah Nenek. Fiuuuuh akhirnya.
Karena
bosan, aku iseng melihat tugas-tugas di hari lain. Banyaknyaaa. Tapi satu yang
kusadari. Ini aneh. Kami diberi tugas tapi kami juga diberi materi. Tugas-tugas
yang diberikan pun seputar pertanyaan hal-hal berbau UGM. Aku sedikit menyadari
jika semua ini ada maksudnya. Mungkin tanpa menjawab pertanyaan itu, aku tidak
tahu hal-hal dibalik berdirinya UGM, aku tidak tahu siapa itu Dr. Sardjito.
Bahkan mungkin aku tidak akan peduli siapa yg meresmikan GSP, gedung yang akan
sering kupakai nanti. Krusial, namun elak dilupakan.
Tugas-tugas
di hari selanjutnya juga membuatku mengasah pikiran. Membuat CV, mencari jenis
UKM, adalah kegiatan-kegiatan yang pasti akan kulakukan nanti ketika kuliah.
Membuat essay tulis tangan, membuat 10 poin kebaikan, menganalisis apa yg ada
di masyarakat, harusnya lumrah. Tak terbiasa dan dibiasakan menjadi alasan yang
klise.
Menurut
feeling ku, #tsaah, PPSMB emang sedikit beda sama label ospek yang dominan sama
senioritas dan kekerasan. Ini bener-bener pengenalan buat mahasiswa baru.
Banyak info2 yang bakal dikasih ke kami, para mahasiswa baru dari Sabang sampai
Merauke, bahkan luar Nusantara. Jiwa nasionalisme kami seakan dikembalikan ke
era 1945, dimana UGM pertama didirikan. Semangat untuk menempuh pendidikan dan
meraih prestasi setinggi-tingginya.
Pembekalan
diri, pembentukan jati. Baik secara material maupun psikologis. Kami diberi
materi agar siap menghadapi dunia perkuliahan yang pasti jauh berbeda dari SMA.
Agar kami tahu apa yg harus kami lakukan di kuliah. Sikap kami pun harus
menyesuaikan dengan dunia yang lebih heterogen ini. Pembentukan pribadi yang
sesuai dengan nilai pancasila di era globalisasi.
Menjadi
calon pemimpin di masa depan, yang katanya di usia kami menjabat Indonesia kan
maju, haruslah mempunyai visi misi yang jelas, visioner, dan konstruktif. Kami
sudah memasuki jenjang yang baru. PPSMB menurutku adalah langkah awal di
jenjang ini. Langkah awal bukan memang bukan segalanya, tapi segalanya berasal
dari langkah awal, PPSMB.
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta